Twitter Facebook-square Instagram Youtube

Jam Pelayanan Senin s/d Jumat, 08:00 - 15.45 WIB

  • Beranda
  • Profil Badan Publik
    • Profil Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah
    • Visi Misi Provinsi Jawa Tengah
    • Struktur Organisasi Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah
    • Tupoksi Banhub
    • Profil Pimpinan
  • PPID
    • Informasi Berkala
    • Informasi Setiap Saat
    • Informasi Dikecualikan
    • Informasi Serta Merta
  • Permohonan Informasi
  • Anjungan TMII
  • Galeri
  • Publikasi
    • Open Data
    • LaporGub!
  • WBS
  • INFO MUDIK
  • Kontak Kami
  • Beranda
  • Profil Badan Publik
    • Profil Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah
    • Visi Misi Provinsi Jawa Tengah
    • Struktur Organisasi Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah
    • Tupoksi Banhub
    • Profil Pimpinan
  • PPID
    • Informasi Berkala
    • Informasi Setiap Saat
    • Informasi Dikecualikan
    • Informasi Serta Merta
  • Permohonan Informasi
  • Anjungan TMII
  • Galeri
  • Publikasi
    • Open Data
    • LaporGub!
  • WBS
  • INFO MUDIK
  • Kontak Kami
Culture
Home Culture Page 7

Category: Culture

IMG_3397
BeritaBerita TerkiniCulture

SUASANA RIUH BOCAH DARI SUKOHARJO USUNG “NI DHIWUT” MENCARI TEMAN YANG HILANG DI TMII

Ni Dhiwut, gabungan dari kata Ni yang berarti nini / simbah (sebutan nenek, orang yang sangat tua, dengan rambut putih badan bungkuk), dan kata Dhiwut berarti dhiwut-dhiwut, wajah berkerut, pandangan mata tajam, riwut-riwut. Dalam permainan ini, Ni Dhiwut digambarkan sebagai roh yang masuk ke dalam alat peraga wong-wongan (boneka) yang terbuat dari siwur. (biasanya diambil
dengan cara diam-diam/mencuri). Dalam pandangan Jawa, nini atau simbah adalah sosok yang dihormati, disegani juga cenderung ditakuti. Ke- nini- lah permasalahan hidup diceritakan, dari
mencari jodoh sampai dengan mencari barang yang hilang. Pada tahun 1973-an, permainan Ni Dhiwut sangat disukai dan dilakukan oleh orang tua maupun anak-anak di Sukoharjo, biasanya dimainkan pada waktu bulan purnama, terlebih pada malam Jum’at kliwon. Permainan Ni Dhiwut merupakan jenis permainan rakyat dengan pola bermain, bernyanyi, menari dan berdialog yang mengandung unsur magis, mistik dengan diiringi musik sederhana. Sifat dari permainan ini rekreatif, interaktif, sosial, dan sebagainya. Pola bernyanyi, menari dan berdialog dapat melatih dalam bersosialisasi, berkomunikasi, dan responsif.

Sekilas gambaran tentang cerita yang divisualisasikan oleh para seniman Kabupaten Sukoharjo yang disutradarai oleh Yohanes Sri Raharjo, S.Sn bersama gabungan sanggar seni diantaranya Seniman Muda Sukoharjo, Sanggar Wijaya Kusuma Grogol, dan Sanggar Sawega Weru dalam acara Pentas Duta Seni Kabupaten Sukoharjo dengan pertunjukan berjudul “Ni Dhiwut” pada Minggu, 11 Mei 2025 di Anjungan Jawa Tengah Taman Mini “Indonesia Indah”

Hadir mewakili Kepala Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah, Kasubbid Promosi dan Informasi Menuk Indriastuti, S,Pd., M.Si menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya serta rasa bangganya terhadap seniman Sukoharjo yang menyajikan pergelaran seni syarat dengan unsur regenerasi. Pengisi acara yang didominasi oleh anak-anak berusia SD ini menurutnya adalah sebuah fakta yang mencerminkan sebuah keberhasilan Sukoharjo dalam melestarian seni budaya. Sinergi antara pemerintah Kabupaten Sukoharjo bersama para pelaku seni yang solid nampak pada keberhasilan pementasan yang berlangsung sekitar 120 menit ini. Hadir menyampaikan sambutan dari Bupati Sukoharjo, yaitu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Heru Indarjo, SH., M.Hum serta dilanjutkan dengan tukar menukar cenderamata, Selain itu kegiatan ini juga dihadiri oleh Paguyuban Perantau Jawa Tengah dan Paguyuban Perantau Sukoharjo se- Jabodetabek.

Pemerintah Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu peserta yang aktif setiap tahun menampilkan potensi-potensi daerahnya di Anjungan Jawa Tengah TMII. Tahun 2023 silam Sukoharjo meraih Penghargaan sebagai Penyaji Terbaik Pentas Duta Seni bersanding bersama Kabupaten Purworejo dan Wonosobo.

Read More
admin01 12/05/2025 0
IMG_2850
BeritaBerita TerkiniCulture

DARI LERENG MURIA “NGINTUN SEGA KEPEL” JAUH KE JAKARTA

Diceritakan pada suatu masa ketika masyarakat di sebuah desa sedang menjalai aktifitas sehari-hari dengan menggarap sawah, di sekitar masih terdapat banyak pohon Kepel dan pohon Lo (sebangsa Kluwing) yang digunakan untuk tempat berteduh (ngeram) ketika lelah, saat itu beberapa sesepuh warga termasuk Mbok Suriyem yang ada disana kemudian bersepakat untuk menggunakan nama Loram sebagai nama desa.

Beberapa waktu kemudian mucullah Ulama muda (Sultan Hadirin) yang ditugaskan oleh Gurunya (sunan kudus) untuk menyebarkan agama diwilayah tersebut, kemudian Ulama muda (Sultan Hadirin) pun melakukan pendekatan dengan membangun Gapura (gapura padureksan) dimana tujuan gapura tersebut adalah untuk mengakulturasi budaya masyarakat setempat agar dapat mudah memahami ajaran agama yang dibawa oleh Ulama muda (Sultan Hadirin) sebagaimana diketahui bahwa masyarakat pada masa itu masih beragama hindu. Kehadiran beliau diterima dengan baik oleh masyarakat desa Loram sehingga ajaran yang dibawapun dapat diterima dengan baik. Setahun kemudian Ulama muda (Sultan Hadirin) melanjutkan dakwah dengan membangun masjid tepat di belakang Gapura serta mengajarkan masyarakat untuk banyak bersedekah.

Suatu ketika ada seorang nenek (mbok Suriyem) bertanya kepada beliau “bagaimana caranya untuk dapat bersedekah” beliau lalu memberikan arahan agar membuat sedekah berupa nasi yang di bungkus (dikepel) dan lauknya berjumlah 7 (atau ganjil) kemudian dikirimkan ke masjid agar dapat didoakan kemudian dibagikan kepada orang-orang disekitarnya (pada waktu itu banyak yang sedang membantu pengerjaan masjid). Makna 7 sendiri merupakan Pitulung, Pitutur, dan Pituduh yang berarti mendapat pertolongan, memberikan nasehat yang baik, dan mendapatkan petunjuk dalam hidup. Dan sampai sekarang menjadi cikal bakal sebuah tradisi bernama Sego Kepel dimana setiap yang memiliki hajat maka akam membuat Sego Kepel kemudian dikirim ke masjid untuk didoakan lalu dibagi-bagikan. Seiring berkembangnya peradaban budaya ini akhirnya berkembang lebih luas dalam satuan acara yaitu Kirab Ampyang Maulid dimana semua unsur elemen tradisi dikemas menjadi satu kesatuan acara yang merupakan perwujudan rasa syukur terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

Sekelumit kisah yang mengisahkan cikal bakal sebuah tradisi yang ada di Kabupaten Kudus diceritakan oleh para seniman Sanggar Ciptoning Asri di hadapan penonton TMII dalam bentuk pertunjukan sendratari berjudul “Ngintun Sega Kepel” pada pergelaran Pentas Duta Seni Kabupaten Kudus, Minggu 4 Mei 2025 bertempat di Anjungan Jawa Tengah Taman Mini “Indonesia Indah”

Pergelaran yang rutin digelar oleh Pemerintah Kabupaten Kudus melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini sangat menyedot perhatian pengunjung TMII. Betapa tidak, suasana yang dihadirkan di Anjungan Jawa Tengah cukup membuat kita bisa sedikit merasakan suasana di Kudus. Mulai dari pertunjukan sendratari, peragaan ukir kayu dan anyaman bambu khas Kudus, pameran produk unggulan Kudus seperti kopi, buah parijoto, buah jeruk pamelo, dan makanan kemasan khas Kudus dihadirkan di Anjungan Jawa Tengah. Menambah lagi kemeriahan acara ini, pemerintah Kudus menyediakan makan gratis dengan berbagai jenis makanan khas Kudus seperti Soto Kerbau, Lentog, jenang, dan kopi bagi para pengunjung Anjungan Jawa Tengah sebagai bentuk upaya nyata penyebarluasan kearifan lokal dan potensi daerah.

Kegiatan ini dihadiri langsung oleh Bupati, Wakil Bupati, dan ketua DPRD Kudus beserta jajaran Forkopimda Kabupaten Kudus, Paguyuban Perantau Jawa Tengah, Forum Komunikasi Masyarakat Kudus (FKMK), dan pengunjung umum. Hadir menyampaikan sambutannya Kepala Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah, Sarido, S.STP, M.Si menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Kabupaten Kudus yang setiap tahun selalu eksis menggelar acara semacam ini dengan luar biasa. Kegiatan semacam ini sangat penting bagi kelestarian seni budaya lokal serta penyebarluasan kekayaan potensi Kudus kepada khalayak yang lebih luas.

Read More
admin01 05/05/2025 0
IMG_1611
BeritaBerita TerkiniCulture

JAUH DARI BANJARNEGARA MENYINGKAP TABIR CANDRADIMUKA DI HADAPAN WISATAWAN TMII

Dataran tinggi Dieng yang diselimuti kabut dan misteri menyimpan sebuah legenda agung tentang kawah sakti bernama Candradimuka. Tempat ini bukan hanya kawah biasa, tetapi simbol dari transformasi dan pembentukan jiwa. Dari sanalah lahir para ksatria sejati yang ditempa oleh api, ujian, dan kesabaran. Sendratari ini mengisahkan perjalanan Gatotkaca, putra dari Werkudara dan Arimbi, yang sejak bayi telah ditakdirkan memikul beban besar sebagai penjaga kebenaran. Untuk menjadi kesatria yang tak tertandingi, ia harus menjalani proses penempaan di kawah Candradimuka tempat di mana tubuh, jiwa, dan takdir dilebur menjadi satu dalam bara kekuatan ilahi. Namun di balik itu, tersembunyi juga konflik antara kekuatan kebaikan dan kejahatan, antara warisan leluhur dan tantangan zaman. Sosok-sosok seperti Batara Guru, Dewa Bayu, dan para makhluk Dieng menjadi saksi bisu dari perjuangan ini. “Tabir Candradimuka Dieng” adalah perpaduan antara tari, musik, dan teater yang membawa penonton menyelami kearifan lokal, mitologi Jawa, serta nilai spiritual tentang perjuangan, pengorbanan, dan kelahiran kembali.

Sepenggal kisah yang ditampilkan oleh para seniman muda Sanggar Seni Raras Irama dalam pergelaran Pentas Duta Seni Kabupaten Banjarnegera Minggu, 27 April 2025 di Pendopo Agung Anjungan Jawa Tengah Taman Mini “Indonesia Indah”.

Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Paguyuban Perantau Jawa Tengah, Paguyuban Solidaritas Warga Banjarnegara, dan pengunjung umum. Hadir menyampaikan sambutan perwakilan dari Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah, selaku Kasubbid Promosi dan Informasi Menuk Indriastuti, S.Pd., M.Si menyampaikan sebuah pesan optimis manakala pelestarian seni budaya harus tetap diupayakan semaksimal mungkin di tengah situasi perkembangan jaman yang begitu cepat dan serba tidak menentu agar para generasi muda tidak kehilangan jati dirinya sebagai Bangsa Indonesia.

Pertunjukan berdurasi sekitar satu jam ini menghipnotis para penonton hampir sepanjang pementasan. Betapa tidak, banyak penampil yang masih berusia anak-anak dari SD dan SMP ini membuat decak kagum dengan kelihaiannya memerankan tokoh dalam sendratari ini.

Pertunjukan yang syarat akan regenerasi ini takhanya sekedar menampilkan seniman berusia muda saja namun para seniman ini juga berhasil memberikan tontonan yang bermutu. Hal ini mencerminkan suatu kondisi yang mana proses pelestarian seni budaya di Banjarnegara berjalan sangat baik.

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan selalu aktif setiap tahun mempergelarkan kesenian unggulannya di Anjungan Jawa Tengah TMII dalam kegiatan Pentas Duta Seni tersebut.

Read More
admin01 28/04/2025 0
IMG_0850
BeritaBerita TerkiniCulture

LENGGER SUMIRAH DARI KEBUMEN MENGAWALI RANGKAIAN PENTAS DUTA SENI TMII TAHUN 2025

Konon ceritanya kurang lebih pada tahun 1725 (sesuai tertulis pada makam Ni Sumirah di desa Kalibening Kec. Karanggayam). Ada seorang lengger Tayub Bernama Ni Sumirah yang berasal dari dukuh Cacaban (sekarang desa Kalibening) yang sangat terkenal sampai ke luar daerah yaitu Banjarnegara.

 Pada suatu hari dukuh Cacaban melaksanakan Merti Dukuh dengan diramaikan hiburan lengger tayub Ni Sumirah. Saat pimpinan berandal yang bengis dan kejam dari Banjanegara yaitu Ki Sabid dan gerombolanya turut menonton pertunjukan lengger Ni Sumirah.

Ki Sabid terpikat oleh kecantikan lengger Ni Sumirah kemudian mendekati turut menari serta meberikan saweran segepok uang untuk memikat Ni Sumirah. Namun karena kekurangajaran Ki Sabid maka membuat Ni Sumirah dan Pamong dukuh Cacaban marah.

Akhirnya Ki Sabid menculik dan membawa kabur Ni Sumirah. Terjadilah perkelahian antara Ki Sabid dengan Pamong Dukuh Cacaban yang memperebutkan Ni Sumirah. Sehingga mengakibatkan Ni Sumirah meninggal dalam keadaan kedua tangannya terlepas. Dukuh tempat perististiwa tersebut oleh Lurah Dukuh Cacaban diberi nama Dukuh Mirahan.

Sepenggal kisah dramatis berjudul “Gendra Lengger Sumirah” ini mewarnai suasana siang hari di Anjungan Jawa Tengah TMII pada Minggu, 20 April silam dalam perhelatan Pentas Duta Seni Kabupaten Kebumen Tahun 2025.

Pemerintah Kabupaten Kebumen dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan menggelar kembali hajat tahunan kegiatan pelestarian seni budaya dan promosi produk unggulan daerah di Taman Mini “Indonesia Indah”. Kabupaten Kebumen adalah salah satu peserta yang selalu aktif menggelar kegiatan di Anjungan Jawa Tengah TMII setiap tahun. Hadir dalam kegiatan ini memberikan sambutannya yaitu Kepala Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah, Ketua Paguyuban Perantau Jawa Tengah, Ketua Paguyuban IWAKK Walet Emas, dan Wakil Bupati Kebumen.

Hadir pula semakin memeriahkan acara ini adalah para tokoh perantau asal Kebumen beserta anggota perantau asal Kebumen, para kepala OPD di lingkungan pemerintahan Kabupaten Kebumen, dan wisatawan umum.

Penampil Sendratari ini adalah seniman seniwati Kebumen yang tergabung dalam Sanggar Parikesit. Para seniman yang mayoritas berusia muda ini membuktikan bahwa proses regenerasi kesenian di Kebumen berlangsung dengan baik. Hal ini sangat menjadi perhatian mana kala generasi muda saat ini digempur dengan budaya-budaya asing yang masuk di tengah kemudahan dan kemajuan teknologi informasi.

Selain pentas Seni Budaya, pemerintah Kabupaten Kebumen juga menggelar pameran produk unggulan khas Kebumen yang melibatkan peran para pelaku UMKM lokal yang dihadirkan langsung ke Jakarta maupun para pelaku UMKM Kebumen yeng menjalankan usaha di wilayah Jabodetabek.

Read More
admin01 23/04/2025 0
  • 1
  • …
  • 5
  • 6
  • 7
Categories
  • Benturan Kepentingan (1)
  • Berita (112)
  • Berita Terkini (76)
  • Culture (34)
  • Education (3)
  • Giat Badan Penghubung Jateng (2)
  • pedamateng (8)
  • Penanganan Sosial Masyarakat Jateng di Jabodetabek (6)
  • PPID (2)
  • Survei Kepuasan Masyarakat semester 1 Tahun 2025 (1)
  • Survey Kepuasan Masyarakat (1)
Tags
Orang Terlantar seni ebeg seni rakyat jawa tengah seni tradisi indonesia seni tradisional Warga Jawa Tengah Terlantar di Jakarta

Kontak Kami

Lokasi Kami

Copyright © 2025 - Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Tengah

  • Beranda
  • Profil Badan Publik
    • Profil Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah
    • Visi Misi Provinsi Jawa Tengah
    • Struktur Organisasi Badan Penghubung Provinsi Jawa Tengah
    • Tupoksi Banhub
    • Profil Pimpinan
  • PPID
    • Informasi Berkala
    • Informasi Setiap Saat
    • Informasi Dikecualikan
    • Informasi Serta Merta
  • Permohonan Informasi
  • Anjungan TMII
  • Galeri
  • Publikasi
    • Open Data
    • LaporGub!
  • WBS
  • INFO MUDIK
  • Kontak Kami
Twitter Facebook-square Instagram Youtube